Create your own at MyNiceSpace.com
 
 
Friday, March 23, 2007
Pemanasan global sebabkan hilangnya lima milyar dollar nilai tanaman pangan tiap tahun
Dalam masa dua dekade, panasnya suhu secara global telah menyebabkan hilangnya sekitar lima milyar dollar nilai tanaman pangan setiap tahun. Demikian menurut studi yang dilakukan oleh para peneliti di Institusi Camegie dan Lawrence Livermore National Laboratory.

Dari 1981-2002, panas telah mengurangi produksi gandum, jagung, dan barley, biji sereal yang menjadi makanan pokok dunia, dengan jumlah sekitar 40 juta metric ton per tahun. Studi yang dipublikasikan di Environmental Research Letters secara online pada 16 Maret 2007, menjelaskan bahwa pengurangannya disebabkan karena tindakan manusia yang dapat meningkatkan suhu secara global.

"Sebagian besar manusia cenderung berpikir bahwa perubahan iklim sebagai sesuatu yang akan berdampak di masa depan," kata Cristhopher Field, sebagai asisten penulis studi ini dan Direktur Carnegie’s Department of Global Ecology di Stanford, California. "Tetapi studi ini menunjukkan bahwa pemanasan selama dua dekade ini telah berakibat nyata pada suplai pangan global," lanjutnya.

Studi ini yang pertama kalinya memperkirakan berapa jumlah produksi makanan yang telah terkena dampak perubahan iklim. Field dan David Lobell, sebagai penulis utama studi dan peneliti Lawrence Livermore National Laboratory, membandingkan hasil susunan Organisasi Pangan PBB (FAO) dengan suhu dan curah hujan rata-rata di wilayah penanaman utama.

Mereka menemukan, rata-rata hasil beberapa tanaman secara global bereaksi negatif terhadap suhu panas. Hasilnya jatuh sekitar 3-5 persen untuk setiap peningkatan satu derajat Fahrenheit (F). Rata-rata suhu global meningkat sekitar 0,7 derajat Fahrenheit selama studi dengan perubahan secara luas di beberapa wilayah.

"Meski dampak relatif kecil, hasil studi menunjukkan adanya dampak negatif," kata Lobell.

Penelitian terfokus pada enam tanaman yang dikembangkan secara luas di dunia, yaitu gandum, padi, jagung, kedelai, barley, dan sorghum, genus sekitar 30 spesies tanaman rumput yang menghasilkan biji. Tanaman ini menempati kurang lebih 40 persen dari lahan di dunia dan tercatat setidaknya sebagai 55 persen kalori non-daging yang dikonsumsi manusia. Tanaman tersebut juga berkontribusi pada 70 persen pakan hewan di dunia.

Yang penting dari studi ini menurut penulis adalah menunjukkan adanya hubungan yang sederhana dan jelas antara peningkatan suhu dan hasil tanam di skala global. Ke depan, Field dan Lobell menggunakan informasi ini untuk melakukan investigasi hubungan antara peningkatan panas dan pertanian.

"Kami mengasumsikan bahwa petani-petani belum beradaptasi dengan perubahan iklim, misalnya dalam hal menyeleksi varietas baru tanaman yang cocok dengan perubahan iklim. Jika tanaman telah beradaptasi terhadap sesuatu yang sulit diperhitungkan, maka dampak panas secara global mungkin lebih rendah," jelas Lobell.

Sebagian besar ahli percaya bahwa adaptasi akan memperlambat dampak perubahan iklim untuk beberapa tahun, karena akan sulit membedakan perubahan iklim dari perubahan alami. "Kuncinya adalah bagaimana sistem tanam dapat beradaptasi terhadap pemanasan bumi. Maka investasi di sektor ini dapat menabung milyaran dollar dan jutaan kehidupan," kata Lobell.

Labels:

posted by diaz-diah @ 8:52 PM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
 
Anda pengunjung ke...
    Get free counter at Cgi2yoU.com
What time is it?
It's me...
    Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
about me
Name:
Location: Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

g cantik tapi maniez ; keras kepala tapi baEk haTi ;loLa tapi pIntEr; NarSis n moody

My Article
Archives
Links
Your Messages
    Name :
    Web URL :
    Message :
    :) :( :D :p :(( :)) :x
My pet
Template by
Free Blogger templates